Pemerintah
provinsi Jakarta berencana akan memberlakukan kebijakan plat nomor
ganjil dan genap untuk sepeda motor dan mobil yang akan melewati jalan
jalan di Jakarta. Ternyata kebijakan plat nomor ganjil genap ini sudah
diterapkan di 5 kota di Dunia nah kamu mau tahu kota mana saja yang
sudah menggunakan kebijakan plat nomor ganjil dan genap simak 5 Kota di
Dunia Yang Memberlakukan Plat Nomor Ganjil-Genap berikut ini.
1. Mexico City
Mexico
City memperkenalkan program pembatasan kendaraan dengan sistem pelat
nomor ini pada 20 November 1989, untuk mengurangi polusi udara. Saat itu
semua kendaraan mendapat jatah beroperasi 1 hari dalam hari-hari kerja,
berdasarkan nomor belakang pelat nomor. Program ini dinamakan ‘Hoy No
Circula’ alias Hari Dilarang Berkeliling.
Teknisnya demikian,
nopol digit belakang 5-6 dilarang beroperasi Senin dan diberi stiker
kuning, 7-8 untuk Selasa berstiker merah muda, 3-4 untuk Rabu berstiker
merah, 1-2 untuk Kamis berstiker hijau dan 9-0 untuk Jumat berstiker
biru.
Saat awal kebijakan ini diuji coba, memang berhasil
mengurangi persentase kendaraan 20 persen di jalan, menambah kecepatan
kendaraan, mengurangi konsumsi bahan bakar dan meningkatkan penumpang
kereta bawah tanah 6,6 persen. Demikian dilansir dari hasil studi
tentang Evaluasi Pembatasan Pelat Nomor oleh Cambridge Systematic Inc,
pada Desember 2007 lalu.
Keberhasilan uji coba itu membuat program
ini ditetapkan permanen. Namun apa yang terjadi? Studi menunjukkan
bahwa ada perubahan prilaku warga Meksiko. Karena mendapati transportasi
umum tak memadai, maka warga Mexico City membeli kendaraan baru untuk
mengakali agar bisa berkendara sedikitnya sehari dalam sepekan. Bahkan
membeli kendaraan bekas yang lebih murah dan lebih berpolusi. Kemudian
penggunaan taksi meningkat.
Studi jangka panjang menunjukkan tak
ada hubungan statistik antara kualitas udara saat kebijakan itu berlaku,
tak ada bukti peningkatan penumpang transportasi umum, dan tak ada
bukti peningkatan polusi udara saat weekends dan hari kerja.
Kini,
Mexico City masih memberlakukan program ini dari jam 5 pagi sampai jam
10 malam. Kebijakan ini bahkan mengatur mobil berpelat luar negeri dan
pelat di luar kota Mexico City. Bahkan kebijakan ini diperluas di hari
Sabtu, apakah Sabtu minggu pertama hingga terakhir.
Di saat yang
sama sistem kereta bawah tanah juga sudah memadai, yakni melayani 200
km, 11 jalur dan 120-an stasiun. Di saat yang sama, denda yang besar
juga sudah menanti siapa pun yang melanggar.
2. Bogota
Bogota,
Kolombia mengimplementasikan pembatasan kendaraan dengan sistem pelat
nomor sejak tahun 2000. Program itu bernama Pico y Placa atau puncak jam
sibuk dan nopol.
Berbeda dari Mexico City yang hanya membatasi
kendaraan selama jam tertentu, Bogota memiliki sistem yang lebih
kompleks. Sistem di Bogota bahkan mengacak digit terakhir pelat nopol
tiap tahun. Hal ini menyulitkan warganya untuk mengakali sistem itu.
Sistem ini tak berlaku di akhir pekan.
Namun program ini
dijalankan bersamaan dengan sistem Bus Rapid Transit (BRT) alias busway.
Di samping itu jalur sepeda juga diperluas sampai 180 mil, penggunaan
sepeda dan transportasi umum dipromosikan. Di samping itu penegakan
hukum juga dilaksanakan, seperti pengenaan denda yang tinggi.
Hasilnya
peningkatan pengguna transportasi umum dan pengurangan kemacetan di
jalan. Sistem itu dinilai berhasil dan sekarang dikembangkan ke
kota-kota di Kolombia selain Bogota. Contoh pembatasan pelat nomor Pico y
Placa pada tahun 2011:
5678: Senin
9012: Selasa
3456: Rabu
7890: Kamis
1234: Jumat
5678: Senin
9012: Selasa
3456: Rabu
7890: Kamis
1234: Jumat
3. Sao Paulo
Kota
Sao Paulo di Brasil menerapkan pembatasan kendaraan dengan pelat nomor
bernama Rodizio, sejak 1997. Kebijakan ini melarang 2 digit terakhir
nopol tiap hari per pekan.
Dalam 6 bulan kebijakan ini diuji coba,
hasilnya bisa mengurangi 2-5 persen volume kendaraan bermotor saat jam
sibuk, meningkatkan kecepatan kendaraan 18-23 persen dan mengurangi
kemacetan 26-37 persen di jalan. Kini sistem ini sudah berurat akar di
warga kota.
Selain pengenaan denda yang tinggi, sistem ini juga
diimbangi oleh pembangunan sistem transportasi massal seperti kereta,
kereta bawah tanah dan busway. Kota ini juga terus memperluas
infrastruktur untuk transportasi massal.
4. Athena
Kota
Athena di negeri para dewa ini sudah menerapkan pembatasan kendaran
dengan sistem pelat nopol sejak Juni 1982. Pembatasan kendaraan ini
untuk wilayah pusat Kota Athena dalam radius tertentu, yang disebut
Lingkar Athena (Daktilios Athenon), seluas 13 km persegi.
Awalnya
taksi juga dilarang pada 2 tahun pertama, namun sekarang diizinkan
kembali. Pembatasan ini tak berlaku untuk bus umum, sepeda dan sepeda
motor, mobil hibrid, ambulans, mobil dinas pemerintah dan mobil
diplomat.
Penegakan hukum dengan denda yang tinggi diberlakukan.
Skema ini masih berjalan hingga kini bahkan dikaji untuk melarang
kendaraan sama sekali dari Lingkar Athena ini.
Dari situs
livingingreece.gr, yang terbaru tahun 2012, sistem ini membuat kendaraan
berpelat nopol terakhir genap tak boleh berkeliaran pada
tanggal-tanggal genap dan pelat nopol terakhir ganjil tak boleh
berkeliaran pada tanggal-tanggal ganjil. Berlaku dari Senin-Kamis jam
07.00 sampai jam 20.00, Jumat berlaku dari jam 07.00 sampai jam 15.00.
Aturan ini tak berlaku pada akhir pekan, libur nasional, musim panas dan
hari di mana para pekerja transportasi umum mogok kerja.
Studi
dari Cambridge Systematic Inc, aturan ini membuat warga Athena membeli
kendaraan kedua untuk menghindari batasan ini, kepemilikan mobil
meningkat, penggunaan taksi meningkat dan kepadatan lalu lintas beralih
ke pinggiran Kota Athena di luar Lingkar Athena. Strategi ini kemudian
dipadukan dengan Electronic Road Pricing (ERP) dan strategi lain untuk
menambal kelemahan sistem ini.
5. Beijing
Kota
Beijing di China, mengimplementasikan pembatasan kendaraan dengan
sistem pelat nomor yang awalnya untuk mencegah kemacetan pada Olimpiade
musim panas tahun 2008. Namun ternyata kebijakan ini terus dilanjutkan.
Pemkot
Beijing menentukan 2 digit belakang nopol yang digilir dilarang
beroperasi dari Senin-Jumat, dari pukul 07.00 sampai pukul 20.00. Sistem
nopol ini dirotasi tiap 3 bulan. Denda yang tinggi dikenakan. Kebijakan
ini tak berlaku bagi kendaraan umum, polisi dan militer.
Hasilnya,
ada penurunan emisi kendaraan harian hingga 40 persen, mengurangi
jumlah mobil di jalan hingga 700 ribu namun meningkatkan pembelian
mobil.
Menurut survei pemerintah yang melibatkan pihak ketiga pada
2010, sebanyak 90,4 persen mendukung kebijakan ini dan menginginkan
kebijakan ini dilanjutkan. Kemudian survei Sina.com menunjukkan hasil
yang berlawanan, yakni 82,9 persen orang yang diinterview tak menyukai
kebijakan ini dan hanya 14 persen yang menyukai kebijakan ini. Selisih
76 persen dari survei resmi pemerintah.
haha efektif emang buat yg suka macet.....
yah mungkin sudah terlalu banyak kendaraan..
heheh,,, nah kalo kita sendiri ?? busway masih amburadul,, kereta tanah juga gak punya...
wah apakah dengan sistem plat nomer ganjil dan genap diterapkan di indonesia akan berhasil ? liaht saja hasilnya ,,
wah baru tahu gan informasi ini . . v dengan di adakannya plat nomor ini akan mengurangi kemacetan di ibu kota jakarta ?
semoga dengan adanya program ini ,, jakarta terbebaskan dari kemacetan
hemp..semoga saja bisa diberlakukan, selain bisa mengirit bahan bakar, juga bisa mengurangi pemanasan global warming,
kebijakan yang bernilai positif, banyak sekali manfaat yang diperoleh jika melakukan kebijakan plat nomor ganjil dan genap, salah satu contohnya bisa sedikit mengurangi polusi udara, hehee