Benar-benar sebuah metamorfosa yang cukup mengejutkan. Dua kali merubah logo dan trademark, akhirnya Friendster Inc merombak total platform jejaring sosialnya. Satu setengah tahun pertama setelah merubah wajah dan belum terasa “menarik” perhatian, Friendster tidak hanya mengubah logo di kali keduanya, tetapi merombak hampir seluruh aspek dalam penyelenggaraan jejaring sosialnya.
Saya pada awalnya pengguna Friendster sejak 2007, namun pada 2009 entah kenapa saya mengekor orang-orang lain untuk beralih menggunakan Facebook yang dirasa lebih lengkap dan canggih, serta memperbolehkan pengguna berusia remaja (13 tahun keatas). Friendster adalah situs jejaring sosial pertama yang menjadi trendsetter setelah mengudaranya sejak 2001. Juga, situs yang bermarkas di California — Amerika Serikat ini turut mencatatkan diri dalam 10 besar situs terbanyak dikunjungi pada 2005 versi Alexa.
Menurut statistik yang dilansir Friendster versi pertama (versi 1.0), Indonesia termasuk negara ketujuh pengguna Friendster terbanyak di Indonesia.
Mulai 2011 ini pasca perombakan platform, pengguna-pengguna Friendster yang pasif telah kehilangan datanya memasuki versi ketiga ini. Bahkan dengan login menggunaka data yang sudah lama saja saya sudah tidak bisa. Kini, untuk masuk Friendster, selain melalui cara registrasi biasa, Anda juga dapat “connect to Facebook” dengan API yang tersedia.
Saat saya menjelajah ke dalamnya, situs ini berdekorasi selayaknya situs game online. Seperti situs anak-anak saja. Dengan avatar yang bisa dipilih sendiri, tentunya privasi penggunanya akan terjaga, namun tidak menjamin Friendster tidak beresiko akan hacker dan data phising. Fitur game atau permainan yang ditawarkan berbasis Adobe Flash dan begitu interaktif, namun skor pengguna setelah bermain terpampang di profil, tidak seperti di Facebook yang meminta otorisasi penggunanya apabila ada publikasi aktivitas gaming di profil penggunanya.
Suatu strategi yang jitu, saya rasa. Friendster mencoba memulihkan kembali minat akan berjejaring sosial yang lebih apik, menyenangkan, tertib dan hebat, supaya tidak kalah dengan situs lain. Apakah hal ini menjamin bahwa Friendster akan kembali laku seperti dulu? Kita tunggu saja…