Gaya hidup moderen makin mendekatkan manusia pada penyakit kanker, yakni pertumbuhan sel tidak normal yang sering berujung pada kematian. Banyak produk dan bahan kimia yang dikambinghitamkan sebagai pemicu, namun tidak semuanya bisa dibuktikan.
Pembuktian penting dilakukan untuk menghindari ketakutan yang berlebihan terhadap teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan. Bagaimanapun sisi lain dari moderisasi telah mempermudah dan meningkatkan kualitas hidup manusia.
1. Pemanis buatan
Pengujian pada tikus membuktikan pemanis buatan cyclamate memicu kanker kandung kemih, sehingga penggunaannya pada minuman bersoda dilarang oleh FDA. Belakangan, pengganti cyclamate yakni saccharin juga menyebabkan tumor pada tikus meski tidak sampai dilarang penggunaannya.
Meski cyclamate tetap dilarang sampai sekarang, saccharin akhirnya dinyatakan aman pada tahun 2000 karena tidak ada cukup bukti dapat menyebabkan tumor pada manusia. Demikian juga dengan pemanis buatan aspartam pada minuman berenergi, belum pernah dibuktikan memicu kanker pada manusia.
2. Obat kumur
Akhir tahun 1970-an, muncul dugaan obat kumur yang mengandung ethanol bisa memicu kanker mulut. Bahan antibakteri tersebut dinilai sama berbahayanya dengan racun karsinogenik atau penyebab kanker dalam rokok.
Karena tidak ada cukup bukti, American Dental Association menyatakan alkohol aman digunakan dalam obat kumur asal tidak ditelan dan digunakan sesuai anjuran. Jika punya riwayat keluarga yang terkena kanker mulut atau merokok, saat ini banyak tersedia obat kumur yang bebas alkohol.
3. Obat antikolesterol statin
Dugaan pemicu kanker muncul dalam penelitian pada tahun 2007. Penggunaan lovastatin, simvastatin, pravastatin, fluvastatin, dan atorvastatin dalam dosis tinggi cenderung meningkatkan risiko kanker payudara, usus besar dan prostat.
Tinjauan terhadap 15 uji klinis pada tahun 2008 menegaskan bahwa risiko kanker meningkat pada pengguna statin. Namun menurut kajian tersebut, kanker ternyata lebih berhubungan dengan kolesterol itu sendiri dan bukan dengan penggunaan obat statin.
4. Telepon seluler
Heboh radiasi ponsel yang diduga memicu kanker dimulai tahun 1993 saat seorang pria menggugat perusahaan ponsel atas kanker otak yang dideritanya. Sejak saat itu, jutaan dolar telah dihabiskan untuk meneliti kebenaran klaim tersebut.
Penelitian terbesar tentang radiasi ponsel dilakukan oleh WHO dalam 10 tahun terakhir dengan melibatkan 13.000 orang dewasa. Hasilnya, penggunaan ponsel hanya sedikit meningkatkan risiko pada jenis kanker otak glioma dan bukan jenis kanker otak yang lain.
5. Bra
Tahun 1995, sebuah tulisan berjudul Dressed to Kill menggugat kebiasaan memakai bra pada perempuan moderen. Racun kimia yang terkandung dalam bra diduga meningkatkan risiko kanker payudara jika terlalu sering digunakan.
Meski klaim itu belum pernah dibuktikan secara ilmiah, beberapa pakar dari American Cancer Society mengatakan penggunaan bra memang membuat jaringan payudara lebih padat. Baru-baru ini terungkap, kepadatan jaringan payudara berhubungan dengan meningkatnya risiko kekambuhan kanker.
6. Parfum, deodoran dan mie instan
Ada kesamaan pada ketiga produk tersebut yakni sama-sama menggunakan paraben meski dalam fungsi yang berbeda. Apabila tertelan atau terhirup, paraben akan bekerja seperti hormon esterogen di dalam tubuh manusia sehingga meningkatkan risiko kanker payudara.
American Cancer Society mengatakan 99 persen manusia sebenarnya terpapar oleh paraben setiap hari, namun hingga kadar tertentu bahan tersebut aman bagi manusia. Penelitian tahun 2002 membuktikan, tidak ada bukti peningkatan risiko kanker pada pengguna parfum dan deodoran.
Pembuktian penting dilakukan untuk menghindari ketakutan yang berlebihan terhadap teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan. Bagaimanapun sisi lain dari moderisasi telah mempermudah dan meningkatkan kualitas hidup manusia.
1. Pemanis buatan
Pengujian pada tikus membuktikan pemanis buatan cyclamate memicu kanker kandung kemih, sehingga penggunaannya pada minuman bersoda dilarang oleh FDA. Belakangan, pengganti cyclamate yakni saccharin juga menyebabkan tumor pada tikus meski tidak sampai dilarang penggunaannya.
Meski cyclamate tetap dilarang sampai sekarang, saccharin akhirnya dinyatakan aman pada tahun 2000 karena tidak ada cukup bukti dapat menyebabkan tumor pada manusia. Demikian juga dengan pemanis buatan aspartam pada minuman berenergi, belum pernah dibuktikan memicu kanker pada manusia.
2. Obat kumur
Akhir tahun 1970-an, muncul dugaan obat kumur yang mengandung ethanol bisa memicu kanker mulut. Bahan antibakteri tersebut dinilai sama berbahayanya dengan racun karsinogenik atau penyebab kanker dalam rokok.
Karena tidak ada cukup bukti, American Dental Association menyatakan alkohol aman digunakan dalam obat kumur asal tidak ditelan dan digunakan sesuai anjuran. Jika punya riwayat keluarga yang terkena kanker mulut atau merokok, saat ini banyak tersedia obat kumur yang bebas alkohol.
3. Obat antikolesterol statin
Dugaan pemicu kanker muncul dalam penelitian pada tahun 2007. Penggunaan lovastatin, simvastatin, pravastatin, fluvastatin, dan atorvastatin dalam dosis tinggi cenderung meningkatkan risiko kanker payudara, usus besar dan prostat.
Tinjauan terhadap 15 uji klinis pada tahun 2008 menegaskan bahwa risiko kanker meningkat pada pengguna statin. Namun menurut kajian tersebut, kanker ternyata lebih berhubungan dengan kolesterol itu sendiri dan bukan dengan penggunaan obat statin.
4. Telepon seluler
Heboh radiasi ponsel yang diduga memicu kanker dimulai tahun 1993 saat seorang pria menggugat perusahaan ponsel atas kanker otak yang dideritanya. Sejak saat itu, jutaan dolar telah dihabiskan untuk meneliti kebenaran klaim tersebut.
Penelitian terbesar tentang radiasi ponsel dilakukan oleh WHO dalam 10 tahun terakhir dengan melibatkan 13.000 orang dewasa. Hasilnya, penggunaan ponsel hanya sedikit meningkatkan risiko pada jenis kanker otak glioma dan bukan jenis kanker otak yang lain.
5. Bra
Tahun 1995, sebuah tulisan berjudul Dressed to Kill menggugat kebiasaan memakai bra pada perempuan moderen. Racun kimia yang terkandung dalam bra diduga meningkatkan risiko kanker payudara jika terlalu sering digunakan.
Meski klaim itu belum pernah dibuktikan secara ilmiah, beberapa pakar dari American Cancer Society mengatakan penggunaan bra memang membuat jaringan payudara lebih padat. Baru-baru ini terungkap, kepadatan jaringan payudara berhubungan dengan meningkatnya risiko kekambuhan kanker.
6. Parfum, deodoran dan mie instan
Ada kesamaan pada ketiga produk tersebut yakni sama-sama menggunakan paraben meski dalam fungsi yang berbeda. Apabila tertelan atau terhirup, paraben akan bekerja seperti hormon esterogen di dalam tubuh manusia sehingga meningkatkan risiko kanker payudara.
American Cancer Society mengatakan 99 persen manusia sebenarnya terpapar oleh paraben setiap hari, namun hingga kadar tertentu bahan tersebut aman bagi manusia. Penelitian tahun 2002 membuktikan, tidak ada bukti peningkatan risiko kanker pada pengguna parfum dan deodoran.