Berbekal ilmu pengetahuan, manusia bisa saja menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman. Namun secara global manusia tidak pernah bisa memberantas kuman sebab akan selalu muncul jenis kuman baru.
Virus flu misalnya, dari masa ke masa selalu bermutasi sehingga memunculkan virus baru seperti flu burung dan flu babi. Sementara itu berbagai jenis bakteri mulai banyak yang membentuk kekebalan terhadap antibiotik sehingga tidak mempan lagi diobati.
Meski riset untuk menemukan antibiotik baru selalu dilakukan, kemunculan kuman baru baik yang berupa virus, bakteri atau mikroorganisme lainnya tidak pernah bisa dihindarkan. Sampai kapanpun manusia akan terus hidup berdampingan dengan kuman.
"We'll never win the battle. Manusia harus hidup harmonis dengan kuman," ungkap Sekjen Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indionesia (Perdalin), Dr Latre Buntaran, Sp-MK di Jakarta, Jumat (12/11/2010).
Dr Latre yang juga seorang konsultan mikrobiologi klinis di RS Harapan Kita mengatakan yang paling bisa dilakukan manusia adalah mengendalikan kuman. Sebab menurutnya, semua orang pada dasarnya memiliki kuman di tubuhnya namun tidak selamanya akan menjadi penyakit.
"Ada 2 hal yang menentukan kuman akan jadi penyakit atau tidak. Yang pertama jumlahnya, lalu yang kedua adalah kondisi daya tahan tubuh seseorang," tambahnya.
Tubuh manusia punya toleransi tertentu sehingga kuman bisa masuk tanpa menyebabkan penyakit asalkan daya tahannya sedang bagus. Jika jumlah kuman yang masuk melewati batas yang bisa ditoleransi, barulah kuman-kuman itu akan menjadi penyakit.
Selama batas itu belum terlewati, masuknya kuman justru menguntungkan sebab tubuh akan membentuk antibodi atau kekebalan terhadap kuman tersebut. Semakin beragam jenis kuman yang masuk, semakin banyak kekebalan yang dimiliki oleh seseorang.
"Asal daya tahannya sedang bagus, sesekali jajan sembarangan di pinggir jalan tidak apa-apa karena masuknya kuman malah bisa jadi vaksinasi alami," kata Ketua Perdalin, Prof Dr Djoko Wibowo, DTM&H, SpPD-KPTI.