WABAH infeksi Escherichia coli (E-coli) meluas dan mendatangkan kekhawatiran di seluruh dunia. Tiga jalan diyakini menjadi sarana penyebarannya. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan terus memantau perkembangan kasus penyakit akibat bakteri E-coli. Seperti dikutip dari Sindo, Kemenkes meminta jajarannya untuk meningkatkan kewaspadaan.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes Tjandra Yoga Aditama menuturkan, sebagian besar strain E-coli sebenarnya tidak berbahaya dan dapat ditemukan pada usus manusia atau hewan berdarah panas. Namun, strain E-coli tertentu dapat menimbulkan penyakit berbahaya dan mematikan seperti yang terjadi di Eropa sekarang ini.
Menurut data, mulai 2 Juni 2011, di Jerman terdapat 1.733 kasus dan 17 kematian. Wabah E-coli telah menyebar ke berbagai negara di Eropa, seperti Austria, Republik Ceko, Denmark, Prancis, Belanda, Norwegia, Polandia, Spanyol, Swiss, dan Inggris. Kabar terakhir menyebutkan, Amerika Serikat juga terdapat korban wabah E-coli.
Seperti dipaparkan dr Imranito SpPD, penyebaran bakteri E-coli bisa melalui tiga jalan, yakni antarorang, makanan-minuman, serta binatang.
“Pertama, antara orang ke orang, kemudian dari makanan-minuman yang tidak dimasak dengan sempurna, dan bisa pula lewat binatang yang telah terinfeksi lalu menyebarkannya ke makanan dan dikonsumsi manusia, misalnya lalat,” kata internis yang berpraktik di OMNI Medial Center dan Medika Permata Hijau Jakarta ini ketika dihubungi okezone lewat ponselnya, Selasa (7/6/2011).
“Semua makanan yang tidak dimasak dengan sempurna atau dicuci dengan air yang tercemar e-Coli, mungkin saja karena sudah tercemar dengan tinja yang memang banyak E-coli juga menjadi sumber penyebaran,” imbuhnya.
Kemunculan bakteri E-Coli disinyalir lantaran aneka sayuran impor asal Jerman, seperti ketimun dan toge. Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih sempat menjelaskan, bakteri E-coli kebal terhadap obat antibiotik dan dapat menyebabkan kematian karena memicu pendarahan yang parah.
Gejala infeksi akibat terjangkit bakteri E-Coli biasanya berupa diare, mual, demam, dan muntah. Sementara, gejala infeksi paling serius berupa gagal ginjal akut disertai kerusakan sel darah merah, gangguan syaraf, stroke, dan koma sehingga tingkat kematiannya bisa sebesar 3-5 persen.
“Masa inkubasi bakteri sekitar 6-24 jam hingga akhirnya gejala jadi semakin parah pada tubuh yang terjangkiti. Kalau tidak segera ditangani, gejala terparah bisa mengakibatkan kematian karena dehidrasi berat. Kalau gejala baru muncul 48 jam kemudian, itu berarti bukan akibat bakteri E-coli,” imbuhnya.
Satu-satunya cara membasmi penyebaran bakteri E-coli adalah perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS); mengolah makanan dan minuman dengan sempurna serta mencuci tangan sebelum makan.