Kanker indung telur (ovarium) adalah jenis penyakit langka namun sangat mematikan dan bisa menyerang setiap saat dalam kehidupan seorang wanita.
Sampai saat ini, kanker ovarium dikenal sebagai “silent killer” karena biasanya tidak ditemukan gejala apapun sampai diketahui telah menyebar ke bagian tubuh lain. Namun sekarang, para peneliti telah menemukan gejala yang berhubungan dengan kanker ovarium yang dapat membantu dalam deteksi dini.
Para ahli di Northwestern Memorial mengatakan, perlindungan terbaik adalah lewat metode pencegahan, memahami risiko dan mengenali tanda-tanda potensi kanker ovarium.
"Saat ini, tidak ada tes skrining yang dapat diandalkan untuk mengidentifikasi kanker ovarium sejak dini. Penting bagi wanita untuk membiasakan hidup sehat, dan segera pergi ke dokter jika terjadi perubahan dalam tubuh mereka," kata Diljeet Singh, MD, ahli onkologi ginekologi, sekaligus Direktur Ovarian Cancer Early Detection and Prevention Program, Northwestern Memorial Hospital.
Pendeteksian kanker ovarium sejak masih dini akan meningkatkan kelangsungan hidup seseorang selama lima tahun, yang tadinya 30 persen menjadi lebih dari 90 persen. Tetapi gejala kanker ovarium, seringkali mirip dengan kondisi lain sehingga sulit untuk mengenalinya.
Singh mengatakan, perempuan harus menyadari kemungkinan tanda-tanda peringatan dini yang meliputi, perut kembung, nyeri pada panggul atau perut, kesulitan makan atau cepat merasa kenyang, gangguan kemih dan bertambahnya ukuran perut.
Singh menuturkan, jika wanita mengalami beberapa gejala penting di atas setiap hari selama dua sampai tiga minggu, dianjurkan untuk segera melakukan konsultasi dengan dokter.
Meski gejalanya tidak jelas, tetapi ada faktor-faktor yang mungkin dapat mengembangkan penyakit ini, termasuk di antaranya membawa mutasi gen BRCA, ada riwayat kanker payudara atau riwayat keluarga dengan kanker ovarium, usia di atas 45 dan obesitas. Pada wanita yang berisiko tinggi, disarankan untuk melakukan skrining dimulai pada usia 20 sampai 25 tahun.
Menurut Sigh, ada beberapa strategi untuk memantau perempuan dengan risiko kanker ovarium, di antaranya, melalui pemeriksaan fisik, USG dan tes darah setiap enam bulan. "Tujuan dari program ini untuk membantu perempuan memahami risiko mereka secara lebih personal disamping juga untuk membantu mengembangkan metode pencegahan dan deteksi dini," katanya.
Studi menunjukkan, ada cara untuk menekan risiko seorang wanita mengidap penyakit itu. Pada wanita yang menggunakan pil KB selama setidaknya lima tahun, tiga kali lebih kecil kemungkinannya mendapatkan kanker ovarium. Selain itu, bentuk kontrol kelahiran permanen seperti ligasi tuba diketahui dapat mengurangi risiko kanker ovarium sebesar 50 persen.
"Makan diet kaya buah dan sayuran, berolahraga secara teratur, menjaga berat tubuh normal dan mengelola stres adalah cara bagi wanita dalam membantu mengurangi risiko kanker ovarium," tandasnya.
Sampai saat ini, kanker ovarium dikenal sebagai “silent killer” karena biasanya tidak ditemukan gejala apapun sampai diketahui telah menyebar ke bagian tubuh lain. Namun sekarang, para peneliti telah menemukan gejala yang berhubungan dengan kanker ovarium yang dapat membantu dalam deteksi dini.
Para ahli di Northwestern Memorial mengatakan, perlindungan terbaik adalah lewat metode pencegahan, memahami risiko dan mengenali tanda-tanda potensi kanker ovarium.
"Saat ini, tidak ada tes skrining yang dapat diandalkan untuk mengidentifikasi kanker ovarium sejak dini. Penting bagi wanita untuk membiasakan hidup sehat, dan segera pergi ke dokter jika terjadi perubahan dalam tubuh mereka," kata Diljeet Singh, MD, ahli onkologi ginekologi, sekaligus Direktur Ovarian Cancer Early Detection and Prevention Program, Northwestern Memorial Hospital.
Pendeteksian kanker ovarium sejak masih dini akan meningkatkan kelangsungan hidup seseorang selama lima tahun, yang tadinya 30 persen menjadi lebih dari 90 persen. Tetapi gejala kanker ovarium, seringkali mirip dengan kondisi lain sehingga sulit untuk mengenalinya.
Singh mengatakan, perempuan harus menyadari kemungkinan tanda-tanda peringatan dini yang meliputi, perut kembung, nyeri pada panggul atau perut, kesulitan makan atau cepat merasa kenyang, gangguan kemih dan bertambahnya ukuran perut.
Singh menuturkan, jika wanita mengalami beberapa gejala penting di atas setiap hari selama dua sampai tiga minggu, dianjurkan untuk segera melakukan konsultasi dengan dokter.
Meski gejalanya tidak jelas, tetapi ada faktor-faktor yang mungkin dapat mengembangkan penyakit ini, termasuk di antaranya membawa mutasi gen BRCA, ada riwayat kanker payudara atau riwayat keluarga dengan kanker ovarium, usia di atas 45 dan obesitas. Pada wanita yang berisiko tinggi, disarankan untuk melakukan skrining dimulai pada usia 20 sampai 25 tahun.
Menurut Sigh, ada beberapa strategi untuk memantau perempuan dengan risiko kanker ovarium, di antaranya, melalui pemeriksaan fisik, USG dan tes darah setiap enam bulan. "Tujuan dari program ini untuk membantu perempuan memahami risiko mereka secara lebih personal disamping juga untuk membantu mengembangkan metode pencegahan dan deteksi dini," katanya.
Studi menunjukkan, ada cara untuk menekan risiko seorang wanita mengidap penyakit itu. Pada wanita yang menggunakan pil KB selama setidaknya lima tahun, tiga kali lebih kecil kemungkinannya mendapatkan kanker ovarium. Selain itu, bentuk kontrol kelahiran permanen seperti ligasi tuba diketahui dapat mengurangi risiko kanker ovarium sebesar 50 persen.
"Makan diet kaya buah dan sayuran, berolahraga secara teratur, menjaga berat tubuh normal dan mengelola stres adalah cara bagi wanita dalam membantu mengurangi risiko kanker ovarium," tandasnya.