Apa itu sebenarnya terapi dengan menggunakan ‘asap lilin’? Bagi setiap orang, lilin merupakan suatu piranti yang digunakan sebagai penerang, terlepas dari itu semua ternyata lilin memiliki kegunaan yang lainnya yaitu sebagai terapi untuk pendengaran kita. Bagaimana mungkin lilin dapat digunakan sebagai alat terapi untuk pendengaran kita? Mungkin banyak dari kebanyakan orang yang bertanya-tanya tentang hal tersebut. Pada dasarnya, terapi yang disebut dengan Ear Candle Therapy (ECT) ini bertujuan untuk mengeluarkan kotoran-kotoran yang terdapat di dalam telinga kita dan sekaligus untuk menciptakan pendengaran yang sehat untuk kita sendiri.


Awal mula terapi ini, sebenarnya berasal dari suku Indian di Amerika sekitar 4.000 tahun yang lalu. Terapi ini adalah suatu upacara spiritual yang menggunakan kulit jagung yang dilapisi sarang lebah yang Kemudian digunakan oleh bangsa Tibet kuno, Cina, Mesir. Pada praktiknya, terapi ini menggunakan lilin khusus bukan sembarang lilin seperti yang kita gunakan sebagai penerang. Lilin khusus ini disebut ear candle yang berdiameter 1,5cm dan memiliki panjang 20cm dan terdapat lubang di tengah-tengah lilin ini. Bahan yang digunakan untuk pembuatan ear candle ini masih sama seperti yang digunakan oleh suku Indian, yaitu: sarang lebah, kain linen berkualitas tinggi, chamomile, mawar, berbagai macam tanam-tanaman obat dan sage yang berfungsi sebagai pembunuh kuman penyakit di dalam telinga kita.


Cara kerja dari terapi ini adalah dengan membakar lilin/ear candle tersebut yang diletakkan di atas sebuah piring. Proses kerjanya hampir menyerupai alat penghisap debu, ear candle dibakar terlebih dahulu di atas sebuah piring kertas yang kemudian lubang telinga kita akan di pasang sebuah corong dan dari panas yang dihasilkan oleh pembakaran lilin tersebut akan menimbulkan tekanan udara yang lebih rendah sehingga asap dari pembakaran tersebut akan masuk ke dalam telinga kita. Setelah asap yang masuk ke dalam telinga menjadi jenuh maka akan menimbulkan suatu aliran udara yang bertekanan lebih tinggi yang menyebabkan asap tersebut keluar dengan sendirinya dari telinga kita dengan disertai kotoran-kotoran yang terdapat di dalam telinga kita tersebut.

Dalam terapi ini membutuhkan setidaknya dua batang ear candle untuk satu kali terapi dan proses ini harus dilakukan oleh dua orang. Proses terapi ini belum selesai sampai disini saja, sang pasien terapi harus mematuhi pantangan-pantangan yaitu dengan tidak melakukan kegiatan berenang selama sang pasien masih menjalani terapi (kita harus menjaga agar jangan sampai telinga kita kemasukan air dan udara), kemudian pasien juga tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan yang berkadar protein tinggi seperti makanan seafood, telor, dan susu. Efek dari terapi menggunakan asap lilin ini adalah dapat menyembuhkan vertigo, sakit kepala, otitis eternal, dan juga sinusitis yang memiliki hubungan erat denga alat pendengaran kita.


Terlepas dari itu semua, terapi menggunakan asap lilin tersebut memiliki tingkat bahaya yang cukup tinggi. Pada dasarnya lilin adalah benda yang sangat lengket dan anda dapat membayangkan sendiri asap yang dihasilkan oleh lilin tersebut masuk ke dalam telinga anda. Menurut para peneliti yang telah melakukan penelitian langsung selama proses terapi asap lilin tersebut, mereka menemukan adanya fakta bahwa tidak adanya tekanan yang dihasilkan oleh asap lilin yang masuk ke dalam telinga kita justru hal buruknya adalah asap dari lilin tersebut mengendap di dalam telinga kita. Oleh karena itu bagi anda yang sebelumnya merasa penasaran dengan metode terapi menggunakan asap lilin ini alangkah baiknya jika anda pergi ke dokter THT saja maka anda akan mendapatkan perawatan pembersihan saluran telinga anda dengan baik dan benar. Sebuah survey pada tahun 1996 yang dilakukan oleh 144 ahli telinga, hidung, dan tenggorokan menemukan adanya fakta korban dari terapi asap lilin tersebut.



BACA JUGA ARTIKEL TERKAIT LAINNYA DIBAWAH INI :



  1. thanks infonya

     
  2. Anonim Says:
  3. Wah infonya kurang tuh..untuk faktanya seperti apa tidak dijelaskan, toh bahanya dokter yg mal praktek jg banyak...

     

Posting Komentar