Cara pandang merupakan rangkaian asumsi, konsepi, dan nilai yang membentuk cara bagaimana seseorang melihat diri dan lingkungannya. Cara pandang sangat berpengaruh pada bagaimana cara seseorang berpikir, bersikap, dan bertingkah laku. Jika seseorang memiliki asumsi, konsepi, dan nilai yang bersifat negatif maka orang tersebut memiliki cara pandang yang negatif. Cirinya, dalam melihat ralitas diri dan lingkungannya lebih condong pada sesuatu hal yang negatif sehingga pikiran, sikap dan tingkah lakunya juga negatif.
David Burns, seorang ahli ilmu penyakit jiwa dan perilaku dari Stanford University pernah melakukan identifikasi terhadap 349 mahasiswa untuk menemukan cara pandang seperti apa yang bisa menimbulkan perilaku negatif. Dari hasil investigasi itu Burn menemukan ada sepuluh cara pandang negatif yaitu:
David Burns, seorang ahli ilmu penyakit jiwa dan perilaku dari Stanford University pernah melakukan identifikasi terhadap 349 mahasiswa untuk menemukan cara pandang seperti apa yang bisa menimbulkan perilaku negatif. Dari hasil investigasi itu Burn menemukan ada sepuluh cara pandang negatif yaitu:
- Semua atau tidak sama sekali
Cara pandang ini membuat pemiliknya hanya mempunyai satu pilihan saja, menjadi pahlawan atau tidak sama sekali. Kesalahan sekecil apa pun tidak ditolelirnya. - Terlalu mudah menyamaratakan sebuah peristiwa
Seseorang yang memiliki cara pandang seperti ini akan berpikir, jika hari ini saya mendapat suatu kegagalan maka akan saya dapatkan hal yang sama di hari-hari berikutnya. - Memiliki mental yang tak berimbang
Yaitu orang yang menganggap kegagalan yang diperoleh, sekecil apa pun itu, akan menghapus semua kesuksesan yang pernah ia capai. - Mengecilkan pikiran yang positif
Bagi orang yang memiliki cara pandang seperti ini tak pernah menghargai prestasi yang telah dicapainya. Ia selalu membandingkan dengan sesuatu yang lebih besar sehingga menganggap rendah dirinya, tak pernah ada rasa syukur dalam batinnya. - Mudah melompat pada kesimpulan
Misalnya, jika seseorang tak menjawab telpon darinya ia sudah menganggap orang itu benci kepadanya. - Memandang tanpa menggunakan proporsi tepat
Memandang masalah yang sebenarnya kecil sebagai masalah besar - Salah menentukan identitas diri
Sifat yang sebenarnya berkaitan dengan emosi dijadikan identitas diri yang menetap. Misalnya, banyak orang yang menilai kemalasan merupakan identitas diri, padahal itu hanya perkara emosi yang bisa diubah. - Memaksa orang lain sesuai apa yang kita maui dan pikirkan
Cara pandang seperti ini menganggap orang lain selalu mempunyai pikiran dan emosi yang sama dengan dirinya. Sehingga apabila ia sedih atau khawatir menghadapi suatu masalah, maka orang lain harus bersikap seperti itu. - Menerapkan label yang salah
Pandangan ini sangat mengganggu apabila dimiliki oleh seseorang. Ia selalu menganggap dirinya pecundang jika tidak bisa mencapai tujuan tertentu. Label pecundang ini akan terus melekat dan susah dihilangkan. Sulit sekali bagi orang yang berpandangan seperti ini untuk berani mencoba dan mencoba lagi. - Terlalu menyalahkan diri sendiri
Pandangan seperti ini disebut juga "the mother of guilt". Segala kesalahan terhadap suatu kegagalan selalu ditimpakan kepada dirinya, meskipun sebenarnya ia tak mempunyai konstribusi sedikit pun terhadap kegagalan itu.